Pengikut

Jumat, 07 Januari 2011

Film Anak Palu

TONJI RENJO, CERITA ADAT KAILI YANG DIANGKAT DALAM FILM

PDFCetakEmail

Senin, 28 Juni 2010 23:47

PALU, (28/6) – Siapa bilang film hanya bisa digarap di Jakarta dan oleh orang Jakarta? Kali ini penggarapan film justru mulai dilakukan oleh beberapa pemuda lokal khususnya di Palu.

FILM DRAMA - Sejumlah kru sedang berakting mengerjakan pembuatan film drama dengan judul

FILM DRAMA - Sejumlah kru sedang berakting mengerjakan pembuatan film drama dengan judul
Penggarapan film drama pertama ini dilakukan oleh sejumlah pemuda yang tergabung dari Forum Musik Etnik Palu, Sabtu (26/6). Penggarapan yang sudah memakan sebulan lama ini tinggal menggu waktu untuk diliris.
Film yang diangkat berdasarkan dari naskah teater ini dituang ke sebuah naskah film yang mengangkat tentang kearifan-kearifan tanah adat Kaili yang kini hampir terlupakan. Salah satunya tragedi klasik yang terjadi di film ini adalah kegagalan pernikahan antara pria bernama I Tondji Renjo dengan putri negeri bernama I Dei. Uniknya ini proses penggagalan dilakukan atas nama adat padahal paling berperan adalah dendam.
Bagaimana salah satu adat berasumsi bahwa tidak pentingnya Tai Ganja Pembeka Nganga (Hiasan yang dikalungkan untuk pengantin). Namun prinsip itu yang dianggap sebagai mahkota kehidupan bersama tidak dibawa dalam sebuah acara peminangan itu sebabnya yang melandasi keputusan penggagalan sebuah rencana perkawinan mereka.
Adapun yang diangkat dalam film ini dimana aturan-aturan adat istiadat yang tidak bisa dilanggar seperti, Nompakande Ri Palaka, Nompejomu, Givu (denda). selain itu juga ada beberapa pelanggaran-pelanggaran adat berupa, Netatopo, Nasalababa Norongga Tangara Rara Nungata salambivi salavati, Novaya, Nosintutu dan Neduku.
Lokasi pengambilan gambar film ini pun, masih diseputaran Kota Palu, yakni di Desa Balane Kecamata Palu Barat.
Ashar Yotomaruangi, sang penulis naskah kepada beritapalu.com mengatakan, dirinya sengaja mengangkat cerita yang menyangkut adat istiadat karena hal-hal itu sudah hampir terlupakan oleh masyarakat, khusunya masyarakat Kaili.
“Film ini memang sengaja mengangkat sebuah adat istiadat yang sudah hampir terlupakan bahkan hampir punah dalam sebuah cerita film, Alasannya tidak lain agar kita semua (khususnya masyarakat Kaili) bisa mengingat kembali adat istiadat itu,” kata Ashar yang juga sebagai produser itu, di sela-sela pengambilan gambar di Desa Balane Palu Barat.(berita palu.com/ BP026/BP002)
< Prev

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Oyi Lindu

My Great Web page